CATATAN KECIL UNTUKMU
Sengaja ku tulis catatan kecil ini hanya sebagai pengganti mulutku bertutur padamu. Mungkin menurutmu,dan menurut orang lain yang tau kisah antara kita, tak ada gunanya  aku mrangkai kata-kata untuk berbicara padamu.. namun menurutku lain.. aku adalah orang yang tak bisa meninggalkan begitu saja suatu kisah tanpa ada penghujungnya. Aku mau semua kisah ada permulaan dan ada pula penutupnya yang menandakan kisah itu benar-benar berakhir. Ibaratnya sebuah buku yang ku buka untuk kubaca.. aku tidak ingin hanya membaca setengahnya tanpa mengetahui ending dan mengambil hikmah dibalik buku itu.. dan untuk kisah ini, “kamu” adalah buku yang ingin kujelajahi maksudnya. Aku takut.. 5 tahun akan datang ketika aku sudah renta, masih ada sebersit kata dan kekecewaan yang  tersimpan di hati ini untukmu..  sebersit kata itu takutnya menjadi bakteri yang semakin lama semakin menggerogoti tubuhku hingga akhirnya aku mati meninggalkan penyakit itu. Dan pada akhirnya aku berkata “andai ku katakan semuanya 50 tahun yang lalu”.

Sebenarnya aku ingin bertutur langsung dihadapanmu.. mencurahkan apa yang ada di benakku dan di hatiku. Kalaupun nantinya ada derlingan air mata yang menyertai kata-kata yang aku ucapkan. Namun justru itulah yag kutakutkan. Aku takut dihadapanmu, aku tak bisa berkata-kata. Aku takut hanya air mata yang berderai hingga beberapa menit waktu yang kau berikan untukku untuk berkata habis sia-sia. jadi tak ada yang lebih baik dari menggoreskan semuanya di sini “ CATATAN KECIL UNTUKMU”

*baiklah.. akan kumulai dari awal kisah ku mengenalmu.

Awalanya aku tak mengenalmu dan tak tahu. Bahkan namamu pun samar ditelingaku. Yang ku tahu tentangmu hanyalah “kau adalah seseorang”. Namun hari demi hari kulewati di kota asri itu membuatku perlahan tau tentangmu. Tapi hanya sekedar tahu. Itupun hanya dari mereka di sekitarku yang sering berkicau tentangmu. “AKU TIDAK TERTARIK”.

Satu hari merubah segalanya.

Mereka yang diskeitarku mengolok-ongolokku tentang nama seseorang yang juga ada di sekitar kita tapi nama itu bukan namamu.  Mereka terus saja begitu, akhirnya kupikir satu jalan untuk menyamarka nama itu. Caranya adalah “MENGGUNAKAN NAMAMU UNTUK MENYAMARKAN NAMANYA”.  Aku juga tidak tahu kenapa harus menggunakan namamu yang notabene waktu itu aku sama sekali belum mengenal jauh siapa kamu.  “BIARLAH.. TOH CUMA UNTUK HARI INI SAJA”. Pikirku waktu itu.

Aku sama sekali tak mernah menyangka kalau semuaya tidak sebatas “HARI INI SAJA”. Semuanya berlanjut. Setiap mereka bertaya tentang “SESUATU ITU” kepadaku, aku hanya menyebut namamu. Hingga akhirnya aku terbisaa dengan namamu. Aku mulai bertaya tentang kabarmu setiap hari melalui mereka yang disekitarmu. Bahkan lebih konyolnya lagi, aku mulai mengorek informasi dari pengidolamu terdahulu hanya untuk sekedar referensi buatku. Sekali lagi AKU BINGUNG mengapa  aku lakukan, padahal semuanya hanya PENYAMARAN.

Setiap ku bertemu denganmu aku berusaha selalu membatasi fikirku tentangmu. KAMU HANYALAH PENYAMARAN. Sehingga, aku tidak ingin memperhatikanmu terlalu dalam. Namun mereka yag disekitarku, selalu memancingku untuk memperhatikanmu, dalam, dan lebih dalam. Akhirnya tanpa kusadari kau mulai menggerogoti benakku. Namun sekali lagi ku coba tegaskan KAU HANYA SEBATAS PENYAMARAN.

Memang benar kata orag-orang terdahulu yang paham tentang cinta. Rasa itu hadir tak tau kapan dan bagaimana prosesnya, dan ketika rasa itu sudah menyapa, kau tak bisa menampik walau seribu jurus tameng kau keluarkan.

Yaa.. AKU MULAI MENYUKAIMU.

Aku semakin intens bertanya kabarmu kepada mereka yang diskitarmu maupun di sekitarku yang tau kamu. Bahkan tak segan ku titip salam buatmu, walau tak kusampaikan namaku. KAMU INGAT KAN, malam itu ada yang menyampaikan salam buatmu. Ya.. itu aku. KONYOL.. memang sangat konyol. Waktu itu memang akal sehatku tak berjalan baik. Akal sehatku di gerogoti bakteri-bakteri yang kau tularkan hingga nalarku pun tak menyangka aku akan melakukan hal konyol seperti itu.  Aku kembali tertawa dalam ingatku. Sadar betapa konyolnya aku waktu itu.

Hari itu bisa ku pasikan bahwa AKU SUDAH BENAR-BENAR MENYUKAIMU. Hari dimana kau menjabat tanganku pertama kali. Berbicara panjang lebar denganku sambil sesekali tersenyum dan tertawa lebar. Aku memperhatikan sudut matamu saat tertawa. Kau memang mempesonaku. Hari itu ilalang yang ada di lapangan hijau itu pun bisa menjadi saksi ku teguhkan hatihku bahwa KAU BUKAN LAGI SEKEDAR PENYAMARAN BUATKU.  TAPI AKU BENAR-BENAR MENYUKAIMU.

Namun aku mengambil keputusan selain kuteguhkan hatiku untukmu. Aku memutuska tak akan berbicara padamu ataubahkan pada siapapun tentng rasaku yang sesungguhnya padamu. “AH, BIARLAH KUPENDAM SENDIRI, TOH NGGAK ADA GUNANYA KU KATAKAN”. Lihat, betapa konyolnya diriku karenamu. Aku benar-benar telah gila. Kadang aku sendiri bertanya pada bayaganku ketika bercermin. “MANA AKU YANG DULU? MANA AKU YANG SELALU MENGANGGAP SEMUANYA PERU DIKATAKAN? MANA AKU YAG DULU SELALU MENGANGGAP SEMUA BUKU HARUS ADA JUDUL?” tapi seiring kulihat bayaganmu d cermin, aku kembali menepis semua pertanyaan yang pada saat itu hanya ku anggap pertanyaan bodoh.

Namun, ternyata aku bukanlah orang yang bisa teguh pada rasa, aku bukanlah orang yang bisa menang pada keputusan. Keputusanku untuk menjaga rasa itu tetap ada, akhirnya mulai pudar seiring detik demi detik yang kulewati didesa asri itu. Aku mulai tidak tahan dengan kekonyolanku. Pada saat itu pula hadir SOSOK DARI MASA LALU yang berusaha menyadarkanku, bahwa kau hanyala bagian dari kekonyolanku. KEKONYOLAN YAG TERINDAH.

Aku ingin keluar dari lingkaran rasa raksasa yag beberap minggu mengurungku. Hari itu terakhir aku dan mereka serta kau berada di kota tua itu. Sejak semalam aku sudah memutuskan, ketika kutiggalkan kota itu, aku ingin membuang semua kekonyolanku tentangmu. seirig berlalunya roda bis meninggalkan jalanan kota itu, aku sudah kembali pada AKU  yang DULU.  Aku sebelum mengenalmu. Jabatan tanganmu hari ini kuanggap sebagai salam perpisahan seutuhnya. SEMOGA KITA TAK BERTEMU LAGI.

#aku sudah normal kembali, setelah beberapa hari meninggalkan kota itu. Walau sesekali masih terkadang kuingat KEKONYOLAN TERINDAHKU.

Hingga hari itu.

Hari dimana ku terima sebuah pesan singkat dari sebuah nama. Aku terkejut. Ini pertama kalinya NAMAMU mengisi inbox ponselku. Kau menyapakau malam itu. Cara menyapamu berbeda. Ternyata kau lucu.  Aku betul-betul kaget, melayang dan berasa bahwa apa yang kuterima beberapa menit yang lalu semuanya mimpi. Namun ternyata bukan MIMPI. Kau betul-betul menyapaku.

Malam itu kulupakan kembali sumpahku untukmu. Sumpah bahwa takkan mengenalmu lagi. Aku kembali terjebak dengan KEKONYOLANKU. Aku kembali memaksuki lingkaran raksasa yang sengaja kubuat sendiri dan pernah kuhancurkan. Aku kembali memasuki dimensi-dimensi rasa yang dulunya pernah besar tekadku meninggalkannya.

Kau hadir dengn sosokmu yang baru yang “LEBIH MEMPESONAKU”.

Kau hadir setiap hari dengan pesan singkatmu, menemani malamku, membuatku terjaga hingga larut, tertawa sendiri hingga mengantarku ke mimpi-mimpi indah yang seakan kau ciptakan untukku. Setiap hari kau ciptakan INDAH dengan kata-kata manis dan panggilan-paggilan sayangmu. Perhatianmu benar-benar membuatku terbuai. Bayangkan saja bagaimana rasanya ketika seseorang yang benar-benar kau sukai datang sendiri dalam hidupmu dan menyambut rasamu tanpa kau sodorkan rasamu pertama kali untuknya. Bayangkan sendiri bagaimana senangnya.

Namun kali ini, otakku sedikit lebih sehat. Aku tidak mau segampang itu yakin terhadapmu. Ku aggap apa yang kau lakukan beberapa hari itu hanya sebatas candaan. Kecoba bertanya padamu. Namun kau berusaha meyakinkanku dengan caramu sendiri. Bertubi-tubi kau yakinkan aku, hingga nalarkupun tak sanggup menolaknya.

Aku semakin menganggapmu istimewa karena kaupun begitu. Antara kau dan aku selalu terucap kata sayang, tak terhitung frekuensinya. Namun anehnya antara kau dan aku sama sekali belum ada komitmen . aku KEMBALI BINGUNG.  Aku berusaha menyusun hipotesa-hipotesa yang kubangun berdsarkan pendapat mereka yang disekitarku. Bahkan ilalalng yang kutemui pun kupaksa berusaha mencari jawabnya. TAK KUTEMUKAN.

Beberapa minggu berlalu. Aku mencoba bertanya padamu tentang “APA SEBENARNYA KITA”. Sekali lagi ide ini muncul ketika aku menonton sebuah film yang kisahnya sedikit mirip denganku. KONYOL. Aku yakin ingin bertanya seperti ini karena aku sudah terlanjur yakin padamu da itu karena kau juga yang selalu meyakinkanku.  Aku tidak terbisaa dengan suatu hubungan yang tak ada statusnya. Ibarat sebuah cerpen yang dibaca, cepen itu tak berjudul. Jadi ketika aku di Tanya oleh mereka tentang “APA SEBENARNYA KITA” aku tak tahu harus menjawab apa. Ingin ku jawab “PACAR” salah.. “TEMEN”, aku merasa kau lebih dari temen. “SAHABAT” kau beda dari sahabat-sahabatku. “TEMEN DEKET”, kau terlalu special kalu hanya sekedar temen deket.

Aku membulatkan tekadku untuk bertanya padamu. Sudah terlalu lama bagiku menjalani semua ini tanpa JUDUL. Bermodal keyakinan dan sedikit kekonyolan kutayakan hal “yang menurutmu” tidak penting kepadamu.

“SEBENARNYA KITA INI APA? , KAU ANGGAP AKU APA?”

Simple. Singkat.

Ternyata kau tidak menjawab. Kau malah mengalihkan semuanya. What should I do anymore, ketika kau yang ku Tanya tak berniat menjawab sama sekali. Keyakinanku runtuh malam itu.  Dan kau sendiri yang meruntuhkannya.

Namun, tak pernah ku sangka, malam itu adalah antiklimaks kisah antara aku dan kau. Setelah ku tutup telepon malam itu, tak kusangka tak akan kudengar suaramu lagi hingga saat ku tulis catatan ini. Setelah malam itu, semuanya berubah. Kau bukan lagi KAMU YANG DULU. Pesan-pesan singkat yang selalu kau kirimkan padaku untuk mengingatkanku ini itu semuanya sirna. Hanya sesekali kau menyapaku, itupun jika aku duluan yang menyapamu. Kata-kata sayang yag bisaanya mengantarkanku ke mimpi-mimpi sudah tak ada lagi, bahkan mimpi-mimpi indah yang seakan sengaja kau ciptakan untukku sejak malam itu berubah menjadi mimpi-mimpi hambar. Hingga semuanya benar-benar hilang. KAU HILANG.

Kau pergi setelah kugantungkan keyakinanku padamu. Kau pergi setalah kau tancapkan busur panah semakin dalam ke jatungku. Kau pergi setelah membuatku terbisaa dengan hadirmu. Kau pergi sebelum aku menyelesaikan bacaanku tentangmu. TAK BERAWAL DAN TAK BERAKHIR.

Beberapa hari kucoba membohongi hati bahwa kau hanyalah ilusi. Kau hanya mimpi. Namun sakit yang kurasa tak mampu berbohong pada hati yang terus bertanya.

Yang kuinginkan hanyalah akhir cerita dari bacaanku. Yang kuinginkan adalah judul dari cerpenku. Yang ku mau hanyalah jawaban untuk hati yang bertanya.

Namun sekali lagi aku bukanlah sosok yang ingin larut dalam kekecewaan. Ku coba menatap puing-puing yang kau sisakan dengan kacamataku yang lain. Aku memang kecewa. Namun aku tidak membencimu. Bagaimanapun, kau pernah menjadi cat yang menghiasi dinding yang kubuat. Kau pernah menjadi bintang SIRIUS yang menerangi malamku. Kau pernah menjadi sosok yang selalu kutunggu. Dan yang terpenting kau sekarang menjadi GURU TERBAIKKU yang mengajarkanku tentang kedewasaan.

Sekali lagi kutegaskan padamu. Aku memang  kecewa. Tapi aku tak membencimu. Bagiku sekarang kau adalah bagian dari masa lalu yang indah. Kau adalah KEKONYOLANKU yang terindah. aku tidak berniat melupakanmu. Aku hanya ingin melupakan rasaku padamu. Bagaimanapun kau adalah TEMANKU. Salah satu tema terbaik yang mengajariku banyak hal. Aku sangat berterima kasih padamu terhadap apa yang pernah kau berikan padaku. Terhadap apa saja yang kau torehkan dalam lembaran hidupku. Terhadap dimensi-dimensi waktu yang indah yang kau buatkan untukku.

TERIMA KASIH… TERIMA KASIH.. TERIMA KASIH..

Kupastikan padamu pula, ketika catatan ini selesa, rasaku padamu sudah hilang. Jadi ketika suatu saat kita bertemu lagi, tak ada lagi rasa canggung. Kau dan aku sama seperti “KAU DAN AKU SEBELUM KISAH INI ADA”. Jangan ingatkan aku tentang LUKA yang kau torehkan, but just remembering me about our nice memories.

Ahhh… Lega.

Setelah 50 tahun berlalu, ketika kita sudah menjalani hidup masing-masing dengan kisah kita yang berbeda, kuyakin tak ada lagi sedikitpun kejanggalan dan kekecewaan, karena aku sudah mengatakan padamu 50 tahun sebelumnya.

Setelah 50 tahun nanti akan kutakan pada anak cucuku

“UNTUNG AKU MENOREHKAN RASAKU PADA CATATAN KECIL ITU, HINGGA AKU BISA LEPAS DARI DIMENSI RASA YANG DIA BUATKAN SPESIAL UNTUKKU”.